Agricultural Engineering - Sorot mata Walikota Solo, Joko Widodo, tak lepas dari sebuah mobil pick up berkelir hitam, yang tengah dipamerkan di ajang Kreasi Anak Sekolah, Ngarsopuro, Solo, Juli tahun lalu. Rasa penasaran Jokowi begitu Joko biasa disapa semakin besar melihat mobil itu memiliki desain yang garang dan elegan.
Jokowi lantas mengunjungi stan dan bertanya kepada salah satu penjaganya yang berseragam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), “Mobil apa ini? Siapa yang buat?”
Pak Walikota kaget mendengar jawaban si penjaga stan: mobil itu buatan teman-temannya sendiri, para siswa SMK di Solo. Belum selesai jawaban terucap, Jokowi langsung memotong, “Ini bagus sekali, saya ingin menggunakannya,” kata dia sambil langsung menaikinya.
Di dalam, Jokowi makin terpincut. Selain desainnya bagus, interiornya juga terkesan luks. Ganjalannya cuma satu, pick up ini tentu tak cocok digunakan sebagai kendaraan dinas atau pribadi. Jokowi lantas menantang para siswa untuk membuat mobil dengan tipe berbeda, tanpa menghilangkan kesan gagah dan elegan. Mereka diberi tenggat hingga Desember. “Saya tunggu versi lainnya. Jika sudah selesai, saya yang akan launch dan membantu memasarkannya,” Jokowi menjanjikan.
Tantangan itu melecut semangat para siswa SMK.
Di awal tahun 2012 permintaan Jokowi mereka jawab. Mobil itu selesai dikerjakan. Ketika ditunjukkan pertama kali, Jokowi lagi-lagi terkejut. Dia setengah tak percaya jika mobil pesanannya sudah berganti model dari pick up menjadi SUV (Sport Utility Vehicle). Tak banyak kata, tak lama dipikir, dia segera mengganti mobil dinas Camry miliknya dengan mobil made in Surakarta yang diberi nama “Kiat Esemka” itu.
Walikota yang terkenal nyentik itu langsung mencopot pelat nomor merah AD 1 A dari Camry-nya dan langsung memasangkannya ke mobil itu. Menurut Jokowi, memilih menggunakan mobil dari pabrikan lokal, dan menyingkirkan sedan premium buatan Jepang seharga Rp400 jutaan, sangatlah beralasan.
"Interiornya bagus dan mewah, mesinnya halus, dan desainnya juga menjual. Tidak kalah dengan pabrikan mobil dunia, seperti Toyota dan Honda " kata dia usai mencoba mengendarai Kiat Esemka. "Saya hanya ingin menyuarakan semangat anak-anak SMK.”
Siapa di balik Esemka
Banyak yang bertanya-tanya siapa orang di balik kelahiran Esemka ini. Mobil ini lahir dari tangan-tangan siswa tiga SMK di Solo, SMK 2, SMK 5, dan SMK Warga Surakarta. Tiga SMK ini menjalin kerjasama dengan bengkel Kiat Motor Klaten. Di sini lah bakat para siswa ditempa oleh pemilik Kiat Motor, Sukiyat. Pria yang tak lulus STM ini memulai kariernya dengan membuka bengkel pengecatan mobil dengan sistem oven dan perbaikan bodi mobil pada 1978. Persinggungannya dengan siswa SMK dimulai ketika pada 2007 ayah dua anak ini memodifikasi sebuah Toyota Crown menjadi mirip Toyota Land Cruiser.
Kreativitas itu rupanya sampai ke telinga Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Joko Sutrisno. Tertarik, Joko lantas menyambangi bengkel sekaligus rumah Sukiyat di Jalan Raya Solo-Jogja Km 4, Klaten. Joko mengajak Sukiyat bekerja sama merakit mobil dengan melibatkan siswa-siswa SMK.
Singkat cerita, sejak 2007 hingga kini bengkel Kiat Motor seluas 6.500 meter persegi tidak pernah sepi dari aktivitas perakitan mobil siswa-siswa SMK. Di kalangan siswa SMK, Sukiyat dijuluki “Henry Ford dari Klaten”. Dia tekun membimbing para siswa untuk merakit dan mengembangkan mobil di mana hampir setengah komponennya buatan dalam negeri.
Berbekal peralatan sederhana, bengkel milik pria kelahiran Trucuk, Klaten, 55 tahun silam itu menjelma jadi rumah kreasi bagi siswa SMK. Di situ, mereka bisa dengan leluasa membuat mesin, rangka, dan komponen-komponen lainnya. Eksperimen tak henti dilakukan, meski tak jarang banyak juga yang gagal.
“Awalnya itu cuma main-main dan siswa belajar membongkar dan merakit kembali mobil. Kami mengajari siswa mengenai pembuatan bodi dan pengecatan. Eh, ternyata malah bisa membuat mobil baru,” kata Sukiyat dengan nada bangga.
Kiat Esemka mengandalkan 80 persen komponen lokal. Sisanya, sekitar 20 persen, masih harus diimpor, seperti ring seker, metal duduk, krek as dalam mesin, komponen di luar mesin, dan dashboard. Yang menarik, mesin mobil dibuat sendiri, tidak mengadopsi mesin-mesin mobil lainnya.
Blok mesin dibuat di pengrajin pengecoran besi di Batur, Klaten. Komponen mesin lain didatangkan dari PT Autocar Industri Komponen di Cikampek. Untuk urusan pembuatan body dan pengecatan mobil, seluruhnya dibuat di bengkel Kiat Motor. Proses perakitan dilakukan di Solo Techno Park. Semua alat yang digunakan serta bahan baku mobil juga telah memenuhi Standar Nasional Indonesia. Desainnya dibuat oleh Dirjen Joko Sutrisno. Ia mengadopsi dan mencampurkan berbagai desain mobil Jepang dan Amerika Serikat, seperti Honda CR-V, Isuzu Demax, Mitsubishi Pajero, Ford Everest, hingga Nissan Terano.
Tak seperti halnya pabrik otomotif ternama, yang dalam sepekan bisa menghasilkan produksi mobil dalam jumlah besar, tim Sukiyat—yang terdiri dari 10 siswa SMK—bisa menghabiskan waktu 2,5 hingga 3 bulan untuk memproduksi satu unit mobil.
Dan jerih payah itu akhirnya berbuah.
Lahirlah mobil dalam bentuk menawan, berkelir hitam, berdesain futuristik, dan dilengkapi interior mewah. Mereka kemudian menamainya Kiat Esemka. Nama itu dipilih karena mobil tersebut dibuat di bengkel Kiat oleh siswa-siswa SMK. Untuk logo, mereka memilih gambar sebuah gear.
Terciptanya Kiat Esemka tak lepas dari peran Rimba Setiadi dan Madi, dua dari 10 siswa SMK yang terlibat dalam proyek membanggakan ini. Keduanya menyatakan tak pernah menyangka mobil ciptaan mereka bisa jadi begini populer.
Rimba Setiadi adalah siswa kelas XII Jurusan Otomotif SMK Warga Surakarta. Dia bertugas merakit mesin dan memasang interior mobil, selain juga memasang kelengkapan roda seperti sasis. Menuru Rimba, mobil buatannya tidak kalah hebat jika dibandingkan mobil buatan Eropa dan Jepang . Selain nyaman, mobil tersebut tetap stabil saat dipacu dengan kecepatan tinggi. "Kami cukup bangga dan senang," ucapnya.
Hal senada diungkapkan Madi, siswa SMKN 2 Surakarta. Bersama lima teman sekolahnya, dia mendapat jatah menggarap pelat-pelat body, bumper, dan pintu mobil. "Awalnya kami tidak percaya bisa membuat mobil," ujarnya.
Prestasi ini tak lepas dari peran sekolah tempat para siswa SMK itu menuntut ilmu. Di sekolah, para siswa lebih dulu telah bereksperimen membongkar mobil yang sudah jadi dan lalu merakitnya kembali. Eksperimen tak selalu berjalan mulus. Terkadang, mobil yang mereka rakit kembali justru jadi tak semulus versi aslinya. Begitu juga untuk barang eletronik lainnya, seperti TV dan perangkat komputer.
SMK 2 Surakarta, yang terletak di depan Markas Polresta Solo, selama ini mampu memproduksi barang-barang elektronik dengan kualitas bagus, seperti TV LCD, notebook, dan proyektor. Selain memiliki jurusan otomotif, SMK ini juga membuka jurusan elektronika dan informatika.
“Para siswa telah mampu membuat sekitar 200 unit mesin mobil. Mesin itu digunakan untuk praktek para siswa, mulai dari dibongkar komponennya lalu dirakit kembali,” ujar Kepala Sekolah SMK Warga Surakarta, Heru Munandar.
Buah bibir
Begitu dipromosikan Jokowi, Kiat Esemka mendadak menjadi perbincangan luas. Tak mau kalah, para menteri , politisi Senayan, dan artis berduyun-duyun ikut memesan mobil SUV made in Surakarta ini. Salah satunya adalah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. "Kalau ada, saya pesan satu," kata Gita saat berkunjung ke kantor VIVAnews.com, Rabu, 4 Januari 2012.
Di Senayan, Marzuki Alie, Tjahjo Kumolo, dan Roy Suryo, juga menyatakan ikut memburu Kiat Esemka. Begitu pula dengan artis papan atas Ibukota, yang biasanya menggunakan mobil mewah buatan pabrikan dunia. Salah satunya adalah Afgan. Penyanyi ini bahkan menyatakan sudah langsung mengontak Jokowi, menyatakan niatnya membeli Esemka.
Geger Esemka juga sampai ke istana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, melalui juru bicaranya, menyambut positif kehadiran Esemka. Toh demikian, belum ada sinyal dari SBY untuk menggunakan dan mencoba sendiri Kiat Esemka ini. "Ya, tentu, Bapak Presiden sudah mendengar adanya kreasi dan inovasi dari anak Bangsa di Jawa Tengah," kata Julian Aldrin Pasha, Juru Bicara Presiden.
Mobil nasional
Lebih jauh lagi, kelahiran Kiat Esemka tiba-tiba mengingatkan publik tentang proyek mobil nasional yang dulu sempat diprakarsai melalui mobil Timor (Teknologi Industri Mobil Rakyat)—ini sejatinya mobil KIA Sephia yang diimpor dan dirakit menggunakan komponen lokal. Bersamaan dengan Timor, juga sempat hadir produk Bimantara Cakra.
Setelah Soeharto jatuh, proyek mobil nasional pun pupus. Timor kehilangan pamor dan tergerus mobil-mobil buatan Jepang, Amerika Serikat, bahkan China. Kini, banyak yang optimistis Kiat Esemka bakal menjadi titik awal bangkitnya kembali proyek mobil nasional. Kiat Esemka bisa menjadi “Timor era reformasi”.
Ditanya soal ini, Direktur Pemasaran PT KIA Mobil Indonesia Hartanto Sukmono mengklarifikasi pihaknya tidak terlibat dan memiliki kaitan dengan kelahiran Kiat Esemka. “Belum ada rencana kerjasama. Tapi kami cukup kagum dengan kreativitas siswa-siswa SMK itu, potensinya sangat menjanjikan,” kata Hartanto. Dia mewanti-wanti agar Kiat Esemka memenuhi tiga unsur terpenting dalam produksi mobil, yakni keamanan, keselamatan, dan ketahanan.
Tiga aspek itu, sementara ini, memang masih jadi pertanyaan yang belum bisa terjawab. Kiat Esemka belum mendapatkan sertifikat laik jalan. Itulah yang membuat Kiat Esemka milik Jokowi belum bisa dikendarai dan harus kembali dikandangkan.
"Sertifikat laik jalannya belum keluar. Memang harus ada uji tabrak dan keamanan sebagai prasyarat mendapatkan sertifikat tersebut. Kalau memang belum terpenuhi, kami siap melakukan perbaikan,” kata Koordinator Program Pembelajaran Industri Kreatif Mobil SMK 2 Surakarta, Dwi Budhi Martono.
Dari sisi bisnis, segmen pasar untuk Kiat Esemka juga cukup menjanjikan. Dengan harga dibanderol hanya Rp95 juta—jika diproduksi massal, Esemka bakan menjadi SUV dengan harga paling terjangkau. Dengan kapasitas tujuh penumpang, mobil ini memiliki luas kabin seperti MPV (Multi Purpose Vehicle). Ia bisa mengisi ceruk pasar yang belum sesak terisi. Saat ini, jenis mobil dengan tipe dan fitur seperti itu tidak dimiliki oleh produk-produk bikinan pabrikan dunia seperti Toyota dan Daihatsu, yang saat ini mendominasi pasar otomotif Indonesia. (Laporan Fajar Sodiq, Solo|kd).
sumber : VIVAnews
keren banget bung !!! bravo
ReplyDelete